Minggu, 08 Mei 2016

Macam Tari Bidadari Dunia dan Animasi 7 Bidadari


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Tari Bidadari di Dunia dalam iringan
Animasi Tari 7 Bidadari)
_______________________________________________________________










__________________

Kata Pengantar
__________________

"Nama bisa jasa berbeda-beda, tapi maksudnya sama" itu yang
penulis tangkap dari hasil mempelajari bidadari Indonesia
dan dunia.

Dengan kata lain...!

Ciri-ciri bidadari itu adalah wanita cantik, lemah lembut,
mempesona dan hidup di kayangan. Dan pada sesuatu yang sesuai
dengan ciri-ciri diatas istilahnya berbeda-beda.

Berikut info lengkapnya para kawan sekalian, bersama iringan
animasi 7 bidadari.

Selamat menyimak...! 

_____________________________________________________________

Sekilas info tentang Bidadari dalam Macam Contoh tarinya
_____________________________________________________________










* Pengertian

Bidadari (Sanskerta: ???????? ; vidhyadhari) atau Apsara
(Sanskerta: ??????; apsara?) adalah makhluk berwujud manusia berjenis
kelamin perempuan yang tinggal di kahyangan atau surga.

Tugas dan fungsi mereka, menurut agama Hindu, adalah menjadi penyampai
pesan para dewa kepada manusia, sebagaimana para malaikat dalam
kepercayaan Semit.

Ada kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang
(pria) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa
dari tapa mereka.

Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji
para petapa. Tapi dalam Islam, bidadari akan menjadi istri-istri
bagi orang-orang beriman yang masuk surga atau jannah


* Penampilan jasmani

Dalam penampilan fisik, bidadari dilukiskan sebagai sosok yang
sangat cantik jelita dan sempurna tanpa cela. Tak jarang mereka
diberikan kepada seseorang untuk diperistri sebagai hadiah atas
jasa mereka melakukan sesuatu yang luar biasa demi kebaikan, misalnya
dalam legenda Arjuna yang dijodohkan dengan bidadari Supraba setelah
berhasil menumpas Niwatakawaca yang meneror para dewa dan manusia.

*  Istilah bidadari








Kata "bidadari" dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa
Sanskerta, begitu pula bahasa Jawa dan Bali. Dalam tradisi Jawa,
bidadari yang juga disebut hapsari, juga disebut widodari, sedangkan
dalam bahasa Bali, bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan
widyadari atau dedari.

Istilah widodari dari Jawa dan widyadari / dedari dari Bali,
berasal dari kata vidhyadhari dalam bahasa Sanskerta. Vidhya
berarti "pengetahuan", sedangkan dharya berarti "pemilik", "pemakai"
atau "pembawa". Istilah Vidhyadhari tersebut kemudian dikenal
sebagai "bidadari" dalam bahasa Indonesia modern.

Orang Sunda menyebut bidadari dengan nama Pohaci. Dalam agama Hindu
dan Buddha, mereka lebih dikenal sebagai apsara.

* Bidadari menurut Hindu










1. Regweda

Dalam Regweda ada cerita tentang seorang bidadari yang merupakan
istri seorang bidadara; namun, Regweda juga mengakui keberadaan
bidadari yang jumlahnya lebih dari satu.


Bidadari yang paling istimewa bernama Urwasi. Ada sebuah himne
yang mengandung percakapan antara Urwasi dan kekasihnya yang
tak kekal bernama Pururawa. Kemudian, banyak sastra Hindu yang
menyatakan adanya banyak bidadari, yang bekerja sebagai dayang-
dayang Indra atau sebagai penari di kahyangan.

2. Mahabharata

Pada kisah-kisah yang terkandung dalam Mahabharata, bidadari
muncul sebagai peran pembantu yang utama. Wiracarita tersebut
mengandung beberapa daftar tentang bidadari terkemuka, namun
tidak selalu sama.

Ada sebuah daftar bidadari dalam Mahabharata, yang juga memberikan
deskripsi bagaimana aksi penari kahyangan saat muncul ke hadapan
penghuni dan tamu kahyangan:

Gretaci dan Menaka dan Ramba dan Purwaciti dan Swayampraba dan
Urwasi dan Misrakesi dan Dandagori dan Warutini dan Gopali dan
Sahajanya dan Kumbayoni dan Prajagara dan Citrasena dan Citraleka
dan Saha dan Maduraswana, mereka dan ribuan bidadari lainnya,
memiliki mata seperti daun teratai, yang pekerjaannya merayu hati
seseorang yang bertapa dengan khusuk, menari di sana.

Dan dengan memiliki pinggang yang ramping, besar dan molek,
mereka mulai melakukan berbagai gerakan, menggoyang buah dadanya
yang mekar, dan mengedipkan mata ke sekelilingnya, dan melakukan
atraksi menarik lainnya yang mampu mencuri hati dan membuai
pikiran orang yang menontonnya.

Kitab Mahabharata juga menceritakan tindakan berani yang dilakukan
oleh bidadari, seperti misalnya Tilottama, yang menyelamatkan dunia
dari keganasan dua raksasa bersaudara, Sunda dan Upasunda. Selain
itu ada kisah Urwasi, yang mencoba merayu Arjuna.

Kisah maupun tema yang sering muncul dalam Mahabharata adalah
tentang seorang bidadari yang dikirim untuk merayu seorang
pertapa atau rohaniwan dari pertapaannya yang khusuk.

Sebuah kisah yang mengandung tema seperti ini, dinarasikan oleh
seorang wanita bernama Sakuntala untuk menceritakan asal usulnya.

3. Natyasastra

Natyasastra, kitab untuk mempelajari drama dalam bahasa Sanskerta,
memiliki daftar bidadari: Manjukesi, Sukesi, Misrakesi, Sulocana,
Sodamini, Dewadatta, Dewasena, Manorama, Sudati, Sundari, Wigagda,
Wiwida, Budha, Sumala, Santati, Sunanda, Sumuki, Magadi, Arjuni,
Sarala, Kerala, Dreti, Nanda, Supuskala, Supuspamala dan Kalaba.


* Bidadari dalam budaya Indonesia

Gambar bidadari ditemukan dalam beberapa kuil/candi dari zaman Jawa
Kuno, sekitar masa wangsa Sailendra sampai kerajaan Majapahit.

Biasanya gambar mereka tidak ditemukan sebagai motif penghias,
namun sebagai ilustrasi sebuah cerita dalam wujud relief, contohnya
di Borobudur, Mendut, Prambanan, Plaosan, dan Penataran.

Di Borobudur, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang
cantik, dan digambarkan dalam posisi berdiri maupun terbang,
biasanya memegang teratai yang mekar, menaburkan kelopak bunga,
atau menenun pakaian kahyangan yang mampu membuat mereka terbang.

Candi Mendut di dekat Borobudur menggambarkan sekelompok dewata,
makhluk surgawi yang beterbangan di kahyangan, termasuk bidadari.

Secara tradisional, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan
yang menghuni surga Dewa Indra (Jawa: KaƩndran). Mereka dikenal
sebagai pelaksana tugas istimewa, yaitu dikirim ke bumi oleh
Indra untuk merayu, menggoda dan menguji keimanan para pertapa
yang mungkin berkat tapa, mereka dapat memperoleh kekuatan melebihi
para dewa.

Tema ini sering muncul dalam tradisi Jawa, misalnya Kakawin
Arjunawiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1030, selama masa
pemerintahan Raja Airlangga.

Kisah itu bercerita tentang Arjuna, yang sedang berusaha mengalahkan
raksasa Niwatakawaca, mencoba bertapa dan bermeditasi.

Maka dari itu, Indra mengirim beberapa apsara untuk mengujinya.
Bagaimanapun juga, Arjuna dapat mengendalikan nafsunya dan
kemudian memperoleh senjata sakti dari para dewa untuk
mengalahkan sang raksasa.

Tradisi Hindu-Buddha di Jawa juga memengaruhi Bali. Dalam
tarian Bali, tema tentang wanita kahyangan sering muncul.
Tarian seperti misalnya Sang Hyang Dedari dan Legong menggambarkan
wanita kahyangan menurut cara mereka.

Di keraton Kesultanan Mataram, tradisi menampilkan penari kahyangan
dalam tarian masih tetap ada dan tetap bagus. Tarian Bedhaya di
keraton-keraton Jawa menampilkan bidadari.

* Bidadari dalam kesenian dan arsitektur Kamboja









Bidadari merupakan motif yang utama pada relief di kuil-kuil
Angkor di Kamboja. Lukisan di kuil seringkali dibedakan menjadi
dua macam penghuni kahyangan: Gambaran sosok makhluk yang menari
atau dalam posisi tari, disebut "bidadari"; dan penggambaran
sosok yang tegak berdiri, menghadap ke depan, dalam sikap
selayaknya penjaga kuil, disebut "dewata".


Ukiran bidadari biasanya ditemukan di Angkor Wat, kuil Angkor kuno
yang terbesar. Para sarjana telah menghitung ada lebih dari 1.860
ukiran pada monumen abad ke-12 tersebut.

Beberapa diukir pada pilar, beberapa pada tembok, kadang terletak
di menara. Penelitian yang diumumkan pada tahun 1927 oleh Sappho
Marchal telah mencatat perbedaan yang menarik tentang rambut, hiasan
kepala, kain, permata dan bunga-bunga hiasan, yang disimpulkan
oleh Marchal bahwa itu dibuat sesuai dengan kehidupan masyarakat
selama zaman Angkor.

* Tarian Khmer klasik

Tarian Khmer klasik, yaitu seni pertunjukan seperti balet asli
dari Kamboja, seringkali disebut "Tarian Bidadari". Konon tarian
Khmer kalsik pada zaman sekarang dihubungkan dengan tradisi menari
di istana raja-raja Angkor, yang terinspirasi dari mitologi
tentang istana para dewa di kahyangan dan penarinya adalah
para bidadari.

* Bidadari dalam kesenian Champa

Bidadari juga merupakan motif yang penting dalam kesenian Champa,
tetangga Angkor pada zaman pertengahan, terletak di sebelah timur
sepanjang pantai yang sekarang dikenal sebagai Vietnam Tengah.

Yang istimewa adalah penggambaran bidadari menurut aliran
Tra Kieu, aliran seni yang berkembang antara abad ke-10 sampai
abad ke-11 Masehi.

* Bidadari menurut Islam

Umat Islam meyakini adanya bidadari, istilah "huurin `iin" (??????? ?????)
dalam al-Quran, diterjemahkan sebagai bidadari yang bermata jeli,
mereka digambarkan selalu perawan, dengan umur sebaya yang diciptakan
langsung tanpa proses kelahiran,dan digambarkan payudara mereka
padat dan fisik mereka seperti gadis remaja.

Memiliki kulit putih, bening, bersih dan lembut yang sempurna,
diibaratkan seperti telur yang tersimpan dengan baik, dan ibaratkan
pula para bidadari itu seperti permata yakut dan mutiara.

Dijelaskan pula bahwa para bidadari itu sangat sopan, selalu
menundukkan pandangannya, mereka tidak pernah disentuh oleh bangsa
manusia atau jin.

____________

Penutup
____________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

Link lainnya yang berhubungan dengan tari Indonesia ada di :

http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/tanya-jawab-tortor-batak-dalam-musik.html

Sedangkan Tari Luar negeri ada di :

http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/breakdancer-pemahaman-umum-sejarah.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/aerobic-dan-tukang-intip.html
http://tariindonesiadunia.blogspot.co.id/2016/04/tari-sufi-sema-dan-putarannya.html

Selamat malam...!







___________________________________________________________
Cat :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar